Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran
Secara sederhana Inflasi adalah meningktnya harga-harga
secara umum dan terus menerus, kenaikan satu atau dua barang tidak bisa di
sbeut inflasi kecuali bila kenaikannya itu meluas pada barang lainnya, antonim
dari inflasi aalahh deflasi.
Cara yang sering digunakan untuk
mengukur inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Pergerakan IHK dari waktu
ke waktu menunjukkan pergerakan harga barang dan jasa yang di konsumsi
masyarakat, penentun barang dan jasa dalam keranjang IHK di lakukan atas dasar
Suevei Baya Hidup (SBH). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari
baang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional
dan modern terhadap beberapa jens barang dan jasa di setiap kota.
Pengelompokan inflasi
Inflasi yang di ukur dengan IHK
di indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran.
1.
Kelompok bahan makanan
2.
Kelompok makanan jadi, minuman, dan Tembakau
3.
Kelompok perumahan
4.
Kelompok sandang
5.
Kelompok kesehatan
6.
Kelompok pendidikan dan olahraga
7.
Kelompok transportasi dan komunikasi[1]
Contoh inflasi diindonesia
Kenaikan harga minyak dunia
dengan diumumkannya kenaikan harga BBM oleh Menteri Koordinator Abu Rizal Bakri
pada tanggal 1 Maret 2004. Dan baru – baru ini kenaikan BBM kembali terjadi
tepatnya pada tanggal 21 Juni 2013 lalu.
Semenjak peristiwa kenaikan BBM
tersebut, Indonesia benar – benar mengalami inflasi. bukan hanya harga BBM yang
melambung namun harga barang – barang pokok pun ikut melambung. Hal ini cukup
membuat beban masyarakat Indonesia semakin berat. Walaupun dengan adanya BLSM,
Masyarakat tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu
turunnya nilai mata uang rupiah juga dirasakan oleh semua orang, Khususnya
masyarakat golongan menengah ke bawah.[2]
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.[3]
Penyebab pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat
dihitung dengan membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja
yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya
tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu proses pembangunan.
Berdasarkan jam kerja,
pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
1.
Pengangguran terselubung (disguised
unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
2.
Pengangguran setengah menganggur (under
unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3.
Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah
tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis
ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
Akibat pengangguran
Bagi perekonomian
negara
1.
Penurunan pendapatan perkapita.
2.
Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal
dari sektor pajak.
3.
Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah.
4.
Dapat menambah hutang negara.
Bagi masyarakat
1.
Pengangguran merupakan beban psikologis dan
psikis.
2.
Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan,
karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
3.
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan
sosial dan politik[4]
Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran
Jadi, di teori ekonomi makro, ada
perdebatan klasik masalah inflasi dan pengangguran yang dikenal luas dengan
Kurva Phillips (yang sebetulnya belum terbukti salah dan benar secara umum di
semua ekonomi/negara),. Kurva tersebut menggambarkan adanya hubungan negatif
antara laju inflasi dengan pengangguran: Laju inflasi tinggi, pengangguran
rendah (dan output tinggi). Akan tetapi kebalikannya juga justru dapat terjadi
yakni kenaikan harga-harga secara umum, yang dilihat dari laju inflasi akan
menurunkan output (produksi nasional) dan dengan sendirinya meningkatkan
pengangguran. Hubungan inflasi, output dan pengangguran (tiga hal yang sangat
sentral dalam kebijakan makroekonomi) sangat ditentukan oleh aggregat penawaran
dan permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa. Apabila aggregat
permintaan meningkat, permintaan terhadap tenaga kerja akan meningkat (dengan
sendirinya pengangguran berkurang) dan produksi nasional juga meningkat (dengan
sendirinya pertumbuhan ekonomi meningkat). Akan tetapi, sebaliknya kenaikan
aggregat permintaan tersebut akan menaikkan harga-harga (meningkatkan laju
inflasi). Ini yang dinamakan hubungan negatif inflasi dan pengangguran.[5]
[1] https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx
[2] https://papacindy.wordpress.com/2015/05/16/maklah-inflasi-yang-terjadi-di-indonesia/
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran
[5] https://merryinriama.wordpress.com/2013/06/05/hubungan-pengangguran-dan-inflasi/
0 Komentar