Pengertian Dan Perkembang Biakan Virus, Viroid Dan Prion
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
Pembiakan Virus
B.
Viroid
C.
Prion
D.
Perbedaan Viroid dan Prion
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus adalah adalah parasit berukuran mikroskopik yang
menginfeksi sel organisme biologis. Ada dua cara pembiakan virus yaitu secara
invitro dan inovo. Invitro itu adalah pembiakan yang dilakukan di luar dan efek
yang keterima lebih cepat sedangkan in ovo terjadi di dalam tubuh efek yang
terjadi dangat lama dengan in vitro. Viroid merupakan molekul kecil RNA
sirkuler telanjang (tanpa kapsid) yang lebih kecil dari virus. prion merupakan
protein yang tidak dapat bereplikasi, tetapi mampu mengubah protein inang
menjadi protein versi prion.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pembiakan virus?
2. Apa itu Viroid?
3. Apa itu Prion?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara pembiakan Virus
2. Mengetahui
pengertian Viroid
3. Mengetahui pengertian
Prion dan lain lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembiakan
Virus
Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya virus tidak
dapat berkembang biak di dalam medium mati. Ada tiga cara mengembangbiakan
virus, yaitu: cara perbenihan jaringan (in vitro) dan telur bertunas (in ovo).
1. Cara perbenihan jaringan (in vitro)
In vitro pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan
organ (biakan organ), potongan kecil jaringan (biakan jaringan), sel-sel yang
telah dilepaskan dari pengikatnya (biakan sel). Biakan organ dan biakan
jaringan hanya dapat bertahan dalam beberapa hari sampai beberapa minggu saja.
Sedangkan biakan sel dapat bertahan beberapa hari sampai beberapa waktu yang
tak terbatas, tergantung pada jenis biakan. Biakan sel terbagi atas:
a)
Biakan sel primer
Sel diambil dalam keadaan segar dari binatang. Sel demikian
mampu secara terbatas membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer
berasal dari ginjal monyet, embrio ayam, dll. Proses pembuatan biakan sel
dimulai dengan pelepasan sel-sel dari alat-alat tubuh dengan mengocok sepotong
jaringan dengan larutan tripsin. Sel-sel yang didapatkan dalam suspensi ini
kemudian dibiakan dalam larutan pembenihan tertentu. Sel-sel akan tumbuh
melekat pada dinding tabung sampai mebentuk selapis jaringan yang siap
digunakan untuk pembiakan virus. Sel-sel ini dapat dipindahbiakan dengan
membuat suspensi baru dan disebarkan dalam tabung-tabung lain sehingga didapat
biakan sekunder. Tergantung pada asal sel, di dalam biakan jaringan akan
didapatkan sel-sel jenis tertentu. Misalnya biakan sel-sel jaringan yang
berasal dari ginjal monyet akan menghasilkan sel-sel jenis epitel. Biakan yang
berasal dari embrio ayam akan menghasilkan sel jenis fibroblas. Jenis sel
tertentu diperlukan untuk pembiakan virus-virus tertentu.
Virus yang dibiakan di dalam sel biakan jaringan dapat
menimbulkan ESP (Efek Sitopatogenik), seperti perubahan bentuk sel menjadi
lebih bulat, perubahan pada inti sel, kemungkinan pembentukkan jisim atau sel
sinsitia dan juga sel-sel akan melepas dari dinding tabung.infeksi selanjutnya
akan menyerang sel-sel disekitarnya dan bila pada tepat itu sudah ada banyak
sel yang terlepas, maka akan tampak sebagai tempat yang berlubang dan tempat
ini disebut plaque. Tiap virion infektif dalam biakan sel dapat membentuk
plaque dan ini dapat dipakai untuk titrasi virus, sama halnya dengan
pembentukkan koloni oleh kuman pada permukaan perbenihan padat.
b)
Biakan sel haploid
Sel haploid adalah sel yang terdiri dari hanya satu pasang
kromosom, yang merupakan struktur dalam inti sel yang mengandung informasi
genetik yang bertanggung jawab untuk transmisi sifat turun-temurun kepada
keturunannya. Yaitu kumpulan satu jenis sel yang mampu membelah kira-kira 100
kali sebelum mati.
c)
Biakan sel letusan (continous cell lines
culture)
Yaitu sel yang mampu membelah tak terbatas. Kromosomnya
sudah bersifat poliploid atau aneuploid. Dapat berasal dari sel tumor ganas
ataupun sel diploid yang telah mengalami transformasi. Diantaranya adalah sel
Hela, Hep-2, KB yang berasal dari manusia, BHK-21 yang berasal dari binatang
hamster, sel LLC-MK dari ginjal monyet, J-III dari leukemia manusia dan
sebagainya.
Cara pembiakan in
vitro dapat bermanfaat untuk:
1)
Isolasi
primer virus dari bahan klinis. Untuk itu, dipilih sel yang mempunyai kepekaan
tinggi, mudah dan cepat menimbulkan ESP
2)
Pembuatan vaksin. Untuk itu, dipilih sel yang
mampu menghasilkan virus dalam jumlah besar
3)
Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih biakan
sel terusan dalam bentuk suspensi
2. Cara telur bertunas (in ovo)
Telur juga merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan
embrio telur yang tumbuh di dalamnya tidak mebentuk zat anti yang dapat
mengganggu pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel hidup yang
relatif murah untuk isolasi virus, maka cara in ovo ini sering digunakan dalam
laboratorium.
Cara pertama: dengan mempergunakan lapisan luar (lapisan
ektoderm) selaput korioalantois telur berembrio 10 hari. Cara penanaman ini
berguna untuk isolasi virus yang menyebabkan kelainan pada kulit yang dulu
digolongkan sebagai virus dermatotrofik seperti virus variola, virus vaccinia,
dan virus herpes. Tiap virion yang infektif akan meyerang sel-sel di sekitarnya
dan menibulkan reaksi inflamasi yang dapat dilihat sebagai bercak putih yang
disebut pock. Pock ini berlainan ukurannya dan bersifat bergantung pada virus
yang menyebabkannya. Cara penanaman pada selaput korioalantois juga berguna
untuk titrasi virus dan titrasi antibodi terhadap virus dengan teknik
menghitung jumlah pock.
Cara kedua: dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion
terlur berembrio yang berumur 10-15 hari. Cara ini terutama untuk isolasi virus
influenza dan virus parotitis karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel
paru-paru embrio yang sedang berkembang. Adanya perkembangan virus dikenal
dengan adanya reaksi hemaglutinasi.
B. Viroid
Pada tahun 1971, ahli patologi tumbuhan O. T. Diener
menemukan partikel RNA infektif yang lebih kecil dari pada virus dan dapat
menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Ia menamakannya viroid. Viroid merupakan
molekul kecil RNA sirkuler telanjang (tanpa kapsid) yang lebih kecil dari
virus. Viroid hanya berupa asam nukleat yang terdiri atas beberapa ratus
nukleotida dan tidak mengkode protein, tetapi mampu bereplikasi didalam sel
inang dengan menggunakan enzim seluler. Viroid menginfeksi tanaman kentang,
menyebabkan umbi kentang menggelendong (spindle tuber disease). Selain itu
viroid juga dikenal menginfeksi chrysanthemum (sejenis tanaman bunga) dan
menghambat pertumbuhan tanaman tersebut. Viroid juga menyebabkan kepucatan pada
mentimun. Jutaan dolar hilang setiap tahun di ladang akibat aksi viroid. Viroid
mirip dengan virus, yaitu hanya mampu bereproduksi di dalam sel hidup sebagai
partikel RNA. Akan tetapi, viroid berbeda dengan virus dimana setiap partikel
RNA berisi RNA tunggal yang spesifik. Sebagai tambahan, viroid tidak mempunyai
kapsid ataupun dinding luar.
C. Prion
pada tahun 1997, ilmuan amerika , Stanly Prusiner,
mendapatkan Hadiah Nobel atas penelitiannya terhadap protein penginfeksi yang
lebih sederhana dari viroid, yaitu prion. Berbeda dengan viroid, prion
merupakan protein yang tidak dapat bereplikasi, tetapi mampu mengubah protein
inang menjadi protein versi prion.
Sebuah hipotesis menjelaskan bahka prion merupakan versi
“salah lipat” dari suatu protein yang biasanya terdapat di sel otak. Jika suatu
prion melakukan kontak dengan “kembarannya” (protein yang normal), prion dapat
menginduksi proteun normal tersebut menjadi benntuk abnormal. Reaksi berantai
dan berlanjut terus hingga prion terakumulasi dalam jumlah yang membahayakan,
menyebabkan malfungsi seluler, dan pada akhirya menyebabkan terjadinya
degenerasi otak.
Penyakit degenerasi sistem saraf pusat (otak) yang
disebabkan oleh prion, anatara lain, csrapie pada domaba, mad cow disease
(penyakit sapi gila), BSE (bovino spongiform encephalopathy) pada sapi,
penyakit CJD (Creuzfeld-jakob disease) pada manusia, penyakit kuru di Papua New
Guenia, GSSD (Gerstemann-Straussler-Scheinker disease), serta penyakit FFI
(fatal familial insomnia) atau penyakit susah tidur yang mematikan pada
manusia.
Penyakit BSE pada sapi diduga akibat pemberian pakan ternak
MBM (meat born meal) yang terbiat dari jeroan hewan untuk mamacu produksi susu
dan daging. Orag yang mengonsumsi jeroan sapi yang terinfeksi dikhawatirkan
dapat tertular penyakit ini. Sementara itu, penyakit kuru di Papua New Guinae,
sekitar tahun 1950, disebabkan olewh praktik kanibalisme, dengann memakan otak
dari musuh yang terbunuh. Namun, sejak ritual kanibalisme tersebut dilarang,
penyakit kuru tidak muncul lagi.
D.
Perbedaan
Viroid Dan Prion
1.
Viroid
ü
Lebih sederhana dari virus
ü
Molekul kecil RNA sirkuler telanjang (tanpa
kapsid)
ü
Hanya terdiri atas beberapa ratus nukleotida
ü
Tidak mengkode protein
ü
Tidak mampu bereplikasi di dalam sel inang
ü
Biasanya menginfeksi tanaman
2.
Prion
ü
Lebih sederhana dari prion
ü
Merupakan protein
ü
Tidak dapat bereplikasi
ü
Mampu mengubah protein inang menjadi protein
versi prion
ü
Menyebabkan penyakit degeneratif otak
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. secara invitro adalah dengan pada sel yang ditumbuhkan
dalam bentuk potongan organ (biakan organ), potongan kecil jaringan (biakan
jaringan), sel-sel yang telah dilepaskan dari pengikatnya (biakan sel). Biakan
organ dan biakan jaringan hanya dapat bertahan dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu saja. Sedangkan biakan sel dapat bertahan beberapa hari sampai
beberapa waktu yang tak terbatas, tergantung pada jenis biakan.
2. Secara in ovo
yaitu Dengan cara menggunakan telur bertelur yaitu dengan cara mempergunakan
lapisan luar (lapisan ektoderm) selaput korioalantois telur berembrio 10 hari.
dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur berembrio yang berumur
10-15 hari. Cara kedua yaitu dengan dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang
anion terlur berembrio yang berumur 10-15 hari. Cara ini terutama untuk isolasi
virus influenza dan virus parotitis karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel
paru-paru embrio yang sedang berkembang.
3. Kalau Viroid, Lebih sederhana dari virus, Molekul kecil
RNA sirkuler telanjang (tanpa kapsid), Hanya terdiri atas beberapa ratus nukleotida,
Tidak mengkode protein, Tidak mampu bereplikasi di dalam sel inang, Biasanya
menginfeksi tanaman
4. Kalau Prion, Lebih sederhana dari prion, Merupakan
protein, Tidak dapat bereplikasi, Mampu mengubah protein inang menjadi protein
versi prion, Menyebabkan penyakit degeneratif otak.
0 Komentar