PENGERTIAN ENERGI
SURYA
Energi surya adalah energi yang berupa sinar dan panas dari
matahari. Energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian
teknologi seperti pemanas surya, fotovoltaik surya, listrik panas surya,
arsitektur surya, dan fotosintesis buatan.
Teknologi energi surya secara umum dikategorikan menjadi dua
kelompok, yakni teknologi pemanfaatan pasif dan teknologi pemanfaatan aktif.
Pengelompokan ini tergantung pada proses penyerapan, pengubahan, dan penyaluran
energi surya. Contoh pemanfaatan energi surya secara aktif adalah penggunaan
panel fotovoltaik dan panel penyerap panas. Contoh pemanfaatan energi surya
secara pasif meliputi mengarahkan bangunan ke arah matahari, memilih bangunan
dengan massa termal atau kemampuan dispersi cahaya yang baik, dan merancang
ruangan dengan sirkulasi udara alami.
A.
Energi dari
matahari
Bumi menerima 174 petawatt (PW) radiasi surya yang datang
(insolasi) di bagian atas dari atmosfer. Sekitar 30% dipantulkan kembali ke
luar angkasa, sedangkan sisanya diserap oleh awan, lautan, dan daratan.
Sebagian besar spektrum cahaya matahari yang sampai di permukaan Bumi berada
pada jangkauan spektrum sinar tampak dan inframerah dekat. Sebagian kecil
berada pada rentang ultraviolet dekat.
Permukaan darat, samudra dan atmosfer menyerap radiasi
surya, dan hal ini mengakibatkan temperatur naik. Udara hangat yang mengandung
uap air hasil penguapan air laut meningkat dan menyebabkan sirkulasi atmosferik
atau konveksi. Ketika udara tersebut mencapai posisi tinggi, di mana temperatur
lebih rendah, uap air mengalami kondensasi membentuk awan, yang kemudian turun
ke Bumi sebagai hujan dan melengkapi siklus air. Panas laten kondensasi air
menguatkan konveksi, dan menghasilkan fenomena atmosferik seperti angin,
siklon, dan anti-siklon. Cahaya matahari yang diserap oleh lautan dan daratan
menjaga temperatur rata-rata permukaan pada suhu 14 °C. Melalui proses
fotosintesis, tanaman hijau mengubah energi surya menjadi energi kimia, yang
menghasilkan makanan, kayu, dan biomassa yang merupakan komponen awal bahan
bakar fosil.
Total energi surya yang diserap oleh atmosfer, lautan, dan
daratan Bumi sekitar 3.850.000 eksajoule (EJ) per tahun. Pada tahun 2002,
jumlah energi ini dalam waktu satu jam lebih besar dibandingkan jumlah energi
yang digunakan dunia selama satu tahun. Fotosintesis menyerap sekitar 3.000 EJ
per tahun dalam bentuk biomassa. Potensi teknis yang tersedia dari biomassa adalah
100-300 EJ per tahun. Jumlah energi surya yang mencapai permukaan planet Bumi
dalam waktu satu tahun sangatlah besar. Jumlah ini diperkirakan dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan semua sumber daya alam Bumi yang tidak terbarukan
yang bisa diperoleh digabungkan, seperti batubara, minyak bumi, gas alam, dan
uranium.
Energi Surya dapat dimanfaatkan pada berbagai tingkatan di
seluruh dunia, yang utamanya bergantung pada jarak dari khatulistiwa.
B.
Penerapan
teknologi surya
Energi surya umumnya merujuk pada penggunaan radiasi surya
untuk kebutuhan praktis. Tetapi, semua energi terbarukan, kecuali geotermal dan
pasang surut, berasal dari matahari.
Teknologi surya dikategorikan secara umum menjadi: teknologi
pasif dan teknologi aktif, tergantung pada cara penyerapan, konversi, dan
penyaluran cahaya matahari. Teknologi aktif meliputi penggunaan panel fotovoltaik,
pompa, dan kipas untuk mengubah energi surya ke bentuk yang berguna. Teknologi
pasif meliputi pemilihan bahan konstruksi yang memiliki sifat termal yang
bagus, perancangan ruangan dengan sirkulasi udara secara alami, dan
menghadapkan bangunan ke matahari. Teknologi aktif meningkatkan persediaan
listrik dan disebut sebagai teknologi sisi penawaran, sedangkan teknologi pasif
mengurangi kebutuhan sumber daya alam lain dan disebut sebagai teknologi sisi
permintaan.
a. Perencanaan arsitektur
Cahaya matahari telah mempengaruhi rancang bangunan sejak
permulaan sejarah arsitektur. Arsitektur surya yang maju dan rencana tata ruang
kota pertama kali digunakan oleh bangsa Yunani dan Cina, yang mengarahkan
bangunan mereka menghadap selatan untuk mendapatkan cahaya dan kehangatan.
Fitur umum dari arsitektur surya pasif adalah arah
bangunannya terhadap matahari, ukuran bangunan yang tepat (rasio luas permukaan
dengan volume yang kecil), pemilihan penghalang (serambi), dan penggunaan massa
termal. Ketika fitur-fitur ini digunakan bersama, dapat dihasilkan ruangan yang
terang dan berada pada temperatur nyaman. Rumah Megaron milik Socrates adalah
contoh klasik rancang bangunan teknologisurya pasif. Perkembangan terakhir
perancangan rumah berteknologi surya menggunakan bantuan permodelan oleh
komputer, yang menggabungkan faktor pencahayan surya, pemanasan, dan sistem
ventilasi dalam satu paket rancangan surya. Peralatan teknologi aktif surya
seperti pompa, kipas, dan jendela buka-tutup dapat melengkapi rancangan
tekonologi pasif dan meningkatkan daya kerja sistem.
Pulau bahang perkotaan adalah daerah perkotaan dengan suhu
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya. Temperatur yang
tinggi disebabkan oleh meningkatnya penyerapan cahaya matahari oleh materi yang
ada di perkotaan, seperti aspal jalan dan beton, yang memiliki albedo (tingkat
keputihan) lebih rendah dan memiliki kapasitas panas lebih tinggi dibandingkan
dengan materi alami. Langkah langsung untuk mengatasi pulau bahang adalah
mengecat bangunan dan jalan dengan warna putih, serta menanam pepohonan.
Menggunakan langkah ini, program hipotetis "komunitas dingin" di Los
Angeles telah memproyeksikan temperatur kota dapat diturunkan sekitar 3 °C
dengan biaya sekitar 1 miliar dollar Amerika Serikat, dengan perkitaan
keuntungan total tahunan 530 juta dollar dari pengurangan biaya penggunaan
pendingin udara dan penghematan biaya kesehatan.
b. Pertanian
Pertanian dan perkebunan berusaha mengoptimalkan penyerapan
energi surya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Teknik seperti siklus
penanaman yang diatur waktunya, mengatur orientasi barisan, tinggi antar
barisan yang berbeda, dan pencampuran varietas tanaman dapat meningkatkan
perolehan tanaman. Walau sinar matahari umumnya dianggap sumber daya alam yang
berlimpah, namun pentingnya matahari untuk pertanian ditunjukkan di daerah
dengan intensitas sinar matahari lebih sedikit. Selama pendeknya masa tanam
pada Zaman Es Kecil, petani Perancis dan Inggris menggunakan dinding buah untuk
memaksimalkan penyerapan energi surya. Dinding ini bertindak sebagai massa
termal dan mempercepat pematangan dengan menjaga tanaman tetap hangat. Dinding
buah awalnya dibuat tegak terhadap tanah menghadap selatan, kemudian, dinding
miring berkembang karena memanfaatkan sinar matahari lebih baik. Pada tahun
1699, Nicolas Fatio de Duiller bahkan menyarankan penggunaakan mekanisme lacak
yang dapat memutar dinding mengikuti matahari. Penerapan energi surya, selain
untuk menumbuhkan tanaman, meliputi memompa air, mengeringkan panen, beternak
ayam, dan mengeringkan kotoran unggas. Teknologi surya juga digunakan oleh
pembuat minuman anggur untuk menjalankan mesin tekan anggur.
Rumah kaca menggubah energi cahaya menjadi energi panas,
yang memperbolehkan produksi sepanjang tahun dan pertumbuhan tanaman khusus
(dalam lingkungan tertutup) dan tanaman lain yang tidak cocok tumbuh untuk
iklim lokal. Rumah kaca primitif pertama kali digunakan pada zaman Romawi untuk
memproduksi ketimun sepanjang tahun untuk kaisar romawi Tiberius. Rumah kaca
modern pertama dibangun di Eropa pada abad ke-16 untuk tanaman eksotik yang
dibawa pulang dari wilayah yang dijelajahi. Rumah kaca tetap menjadi bagian
penting dari perkebunan saat ini, dan materi plastik transparan juga telah
digunakan untuk efek yang mirip dengan terowongan plastik dan penutup barisan.
c. Transportasi
Perkembangan mobil tenaga surya telah menjadi target
perteknikan sejak tahun 1980an. Kompetisi World Solar Challenge adalah
perlombaan mobil bertenaga surya yang diadakan dua kali selama setahun, dan
dalam ajang tersebut tim dari universitas dan perusahaan berlomba sepanjang
3.021 kilometer (1.877 mil) melewati Australia tengah mulai dari Darwin menuju
Adelaide. Pada tahun 1987, saat kompetisi ini pertama kali dibuka, kecepatan
rata-rata pemenang kompetisi adalah 67 kilometer per jam (42 mph), dan pada
tahun 2007, kecepatan rata-rata pemenang naik menjadi 90,87 kilometer per jam
(56,46 mph). Kompetisi North American Solar Challenge dan South African Solar
Challenge yang sedang direncanakan adalah kompetisi serupa yang menunjukkan
minat internasional dalam perteknikan dan perkembangan kenderaan bertenaga
surya.
Beberapa kendaraan menggunakan panel surya untuk tenaga
pembantu, seperti untuk penyejuk udara, sehingga menggurangi konsumsi bahan
bakar.
Pada tahun 1975, perahu bertenaga surya pertama kali
dibangun di Inggris. Menjelang tahun 1995, Kapal penumpang yang menggunakan
panel surya mulai bermunculan, dan sekarang ini digunakan secara luas. Pada
tahun 1996, Kenichi Horie melintasi samudra Pasifik menggunakan perahu surya,
dan kapal tenaga surya berlambung dua bernama sun21 melewati samudra Atlantik pada
musim dingin 2006-2007. Pada Mei 2012, Tûranor PlanetSolar menjadi kendaraan
elektrik surya pertama yang mengelilingi dunia.
Pada tahun 1974, pesawat tanpa awak AstroFlight Sunrise
melakukan penerbangan perdana menggunakan tenaga surya. Pada tanggal 29 April
1979, Solar Riser melakukan penerbangan perdana menggunakan tenaga surya,
dengan kendali penuh dan mampu mengangkat seseorang mencapai ketinggian 40 kaki
(12 m). Pada tahun 1980, Gossamer Penguin melakukan penerbangan perdana
bertenaga surya dengan pilot yang ditenagai hanya dengan sel fotovoltaik.
Penerbangan ini dengan cepat diikuti oleh Solar Challenger yang melintasi
terusan Inggris pada bulan Juli 1981. Pada tahun 1990, Eric Scott Raymond
terbang dari California menuju Carolina Utara mennggunakan tenaga surya.
Perkembangan pesawat tenaga surya kembali ke model pesawat tanpa awak dengan
model Pathfinder (tahun 1997) dan rancangan selanjutnya, yang menghasilkan
model Helios yang berhasil mengukir rekor ketinggian untuk pesawat tanpa roket
pada ketinggian 29.524 meter (96.864 kaki) pada tahun 2001. Pesawat Zephyr yang
dikembangkan oleh BAE Systems adalah pesawat terbaru yang menembus rekor
penerbangan bertenaga surya, dengan terbang selama 54 jam pada tahun 2007, dan
penerbangan selama sebulan direncanakan pada tahun 2010.
Balon surya adalah balon berwarna hitam yang diisi dengan
udara biasa. Saat matahari menyinari balon tersebut, udara di dalamnya memanas
dan memuai, dan menimbulkan gaya apung ke atas, seperti balon udara panas.
Beberapa balon surya cukup besar untuk penerbangan dengan manusia, namun
penggunaannya umumnya terbatas pada mainan karena rasio luas permukaan dan berat
beban yang relatif besar.
d. Termal surya
Teknologi termal surya dapat digunakan untuk memanaskan air,
memanaskan ruangan, mendinginkan ruangan, dan menghasilkan panas.
1.
Pemanasan air
Sistem air panas surya menggunakan sinar matahari untuk
memanaskan air. Di daerah dengan lintang bujur geografis rendah (di bawah 40
derajat), 60% - 70% air panas untuk keperluan rumah tangga dengan temperatur
sampai dengan 60 °C dapat diperoleh dengan menggunakan sistem pemanasan surya.
Jenis pemanas air surya yang umum digunakan adalah kolektor buluh (44%) dan
plat datar dengan kaca (34%) untuk kebutuhan air panas rumah tangga; kolektor
plastik tanpa kaca (21%) digunakan untuk memanaskan kolam renang.
Sampai dengan tahun 2007, kapasitas total terpasang dari
sistem air panas surya adalah sekitar 154 GW. Tiongkok memimpin dalam hal ini
dengan kapasitas terpasang 70 GW sampai dengan tahun 2006 dan memiliki target
jangka panjang 210 GW menjelang tahun 2020. Israel dan Siprus merupakan negara
dengan tingkat penggunaan sistem air panas surya per kapita tertinggi, dengan
lebih dari 90% rumah menggunakannya. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia,
pemanasan kolam renang adalah aplikasi utama air panas surya dengan kapasitas
terpasang 18 GW sampai dengan tahun 2005.
2.
Pemanasan, pendinginan, dan ventilasi
Di Amerika Serikat, sistem pemanasan, ventilasi, dan
penyejuk udara (HVAC) memakai 30% (4,65 EJ) dari energi yang digunakan untuk
bangunan komersil dan hampir 50% (10,1 EJ) energi yang digunakan untuk
perumahan. Teknologi pemanasan, pendinginan, dan ventilasi surya dapat
digunakan untuk mengganti sebagian dari energi ini.
Massa termal adalah materi yang digunakan untuk menyimpan
panas, termasuk dari Matahari. Materi massa termal yang umum meliputi batu,
semen, dan air. Menurut sejarah, materi-materi ini telah digunakan di daerah
dengan iklim kering atau hangat untuk menjaga bangunan tetap sejuk dengan
menyerap energi surya sepanjang hari dan memancarkan energi yang disimpan ke
atmosfer yang lebih dingin di malam hari. Namun, materi ini juga dapat
digunakan di daerah dingin untuk mempertahankan kehangatan. Ukuran dan
penempatan massa termal tergantung pada beberapa faktor, seperti iklim,
pencahayaan, dan kondisi bayangan. Saat faktor-faktor ini dipertimbangkan
secara baik, massa termal mempertahankan temperatur ruangan dalam rentang
nyaman dan mengurangi peralatan pemanasan dan pendinginan tambahan.
Cerobong surya (atau cerobong termal, dalam konteks ini)
adalah sistem ventilasi surya pasif, yang terdiri dari terowongan vertikal yang
menghubungkan bagian dalam dengan bagian luar dari bangunan. Saat cerobong
mulai hangat, udara di dalamnya memanas dan menyebabkan udara bergerak ke atas
dan menarik udara melewati bangunan. Performansi dapat ditingkatkan dengan
menggunakan kaca dan materi massa termal untuk meniru rumah kaca.
Pohon dan tanaman musiman telah digunakan sebagai cara
mengendalikan pemanasan dan pendinginan surya. Ketika tanaman ditanam pada
bagian selatan bangunan, daun tanaman akan berfungsi sebagai peneduh pada musim
panas, dan pada musim dingin, daun tanaman akan rontok dan cahaya dapat lewat
lebih banyak. Saat gugur, pohon tak berdaun menghalangi 1/3 sampai 1/2 radiasi
surya yang datang, ada keseimbangan antara manfaat teduh saat musim panas dan
pemanasan akibat daun gugur saat musim dingin. Di iklim dengan kebutuhan
pemanasan tinggi, pohon musiman tidak cocok ditanam di bagian selatan bangunan
karena pohon akan mengurangi ketersediaan energi surya saat musim dingin.
Namun, pohon tersebut dapat digunakan pada sisi timur dan barat untuk
menyediakan tempat teduh selama musim panas tanpa mempengaruhi perolehan energi
surya selama musim dingin.
3.
Pengolahan air
Distilasi surya dapat digunakan untuk membuat air asin atau
air payau dapat diminum. Penggunaan pertama yang tercatat dari distilasi ini
oleh alkimiawan Arab abad ke 16. Proyek distilasi surya skala besar pertama
kali dibangun pada tahun 1872 di kota tambang Las Salinas di Chile. Proyek ini
memiliki area pengumpulan energi surya seluas 4.700 m2 dan dapat memproduksi
hingga 22.700 L per hari dan beroperasi selama 40 tahun. Jenis rancangan
penyuling meliputi miringan tunggal, miringan ganda (atau tipe rumah kaca),
vertikal, kerucut, peredam terbalik, multi sumbu dan multi efek.
Penyuling-penyuling ini dapat beroperasi dalam kondisi pasif, aktif, atau
gabungan. Penyuling miringan ganda paling ekonomis untuk penggunaan rumah
tangga di pelosok, sedangkan penyuling aktif multi efek lebih cocok untuk
aplikasi skala besar.
Disinfeksi air surya dilakukan dengan memaparkan botol
plastik polietilena tereftalat (PET) berisikan air ke cahaya matahari selama
beberapa jam. Durasi pemaparan tergantung pada cuaca dan iklim dari minimal 6
jam hingga 2 hari selama kondisi berawan. Metode ini direkomendasikan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia sebagai metode yang cocok untuk pengolahan air rumah
tangga dan penyimpanan aman. Lebih dari 2 juta manusia di negara berkembang
menggunakan metode ini untuk air minum sehari-hari mereka.
Energi surya dapat digunakan di kolam stabilisasi air untuk
mengolah air limbah tanpa menggunakan bahan kimia ataupun listrik. Keuntungan
lingkungan bertambah saat alga tumbuh di kolam tersebut dan mengkonsumsi karbon
dioksida saat melakukan fotosintesis, walau alga mungkin memproduksi zat kimia
beracun yang membuat air tidak bisa digunakan.
4.
proses Panas
Teknologi pemusatan energi surya seperti piringan parabola,
cekung parabola, dan pemantul Scheffler dapat menyediakan panas proses untuk
aplikasi komersil dan industri. Sistem komersil pertama adalah proyek Solar
Total Energy Project (STEP) di Shenodoah, Georgia, Amerika Serikat. Dalam
proyek tersebut, satu lapangan berisikan 114 piringan parabola menyedikan 50%
kebutuhan energi untuk pemanasan proses, penyejuk udara, dan listrik untuk
pabrik kain. Sistem kogenerasi yang terhubung dengan saluran listrik ini menyediakan
400 kW listrik ditambah energi termal dalam bentuk uap 401 kW dan air dingjn
468 kW, dan memiliki penyimpanan termal untuk beban puncak selama satu jam.
Kolam evaporasi adalah kolam dangkal yang meningkatkankan
kadar padatan terlarut melalui penguapan. Penggunaan kolam evaporasi untuk
memperoleh garam dari air laut adalah contoh aplikasi tertua dari energi surya.
Penggunaan modern meliputi peningkatkan kadar larutan garam yang digunakan
dalam penambangan ekstraksi dan memisahkan padatan terlarut dari aliran limbah.
Jemuran berbentuk tali, penyangga, atau rak mengeringkan
pakaian tanpa menggunakan listrik atau gas. Di beberapa negara bagian Amerika
Serikat, "hak menjemur pakaian" dilindungi.
Kolektor udara panas tak berkaca (unglazed transpired collectors/UTC)
adalah dinding berlubang yang menghadap matahari yang digunakan untuk
memanaskan dulu udara ventilasi. UTC dapat digunakan untuk menaikkan temperatur
udara yang masuk hingga 22 °C dan menghasilkan temperatur keluaran 45–60 °C.
Periode balik modal yang singkat dari kolektor udara panas ini adalah
alternatif yang lebih efektif dari segi biaya dibandingkan dengan sistem
kolektor berkaca. Sampai tahun 2003, lebih dari 80 sistem dengan total luas
permukaan kolektor 35.000 m2 telah dipasang di seluruh dunia, termasuk kolektor
seluas 860 m2 di Kosta Rika yang digunakan untuk menggeringkan biji kopi dan
kolektor seluas 1.300 m2 di Coimbatore, India yang digunakan untuk mengeringkan
marigold.
5.
Memasak
Pemasak surya menggunakan cahaya matahari untuk memasak,
mengeringkan, dan proses pasteurisasi. Pemasak surya dapat digolongkan menjadi
3 kategori umum: pemasak berbentuk kotak, pemasak berbentuk papan, dan pemasak
dengan pemantul. Pemasak surya paling sederhana adalah pemasak berbentuk kotak
yang dibuat oleh Horace de Saussure pada tahun 1767. Pemasak berbentuk kotak
sederhana terdiri dari wadah yang terisolasi dengan penutup transparan. Pemasak
ini dapat digunakan secara efektif pada langit berawan sebagian, dan biasanya
akan mencapai temperatur 90-150 °C. Pemasak berbentuk papan menggunakan papan
pemantul untuk mengarahkan cahaya matahari ke wadah terisolasi dan mencapai
temperatur setara dengan pemasak berbentuk kotak. Pemasak dengan pemantul
menggunakan berbagai bentuk geometri (piringan, cekungan, cermin Fresnel) yang
memusatkan cahaya ke wadah masak. Pemasak jenis ini dapat mencapai temperatur
315 °C dan lebih, namun perlu diarahkan cahayanya biar berfungsi baik dan harus
diposisikan kembali untuk mengikuti Matahari.
e. Produksi listrik
Tenaga surya adalah proses pengubahan cahaya matahari
menjadi listrik, baik secara langsung menggunakan fotovoltaik, atau secara tak
langsung menggunakan tenaga surya terpusat (concentrated solar power, CSP).
Sistem CSP menggunakan lensa atau cermin dan sistem lacak untuk memfokuskan
paparan cahaya matahari yang luas menjadi seberkas sinar yang kecil. PV
mengubah cahaya menjadi aliran listrik menggunakan efek fotolistrik.
Pembangkit CSP komersial pertama kali dikembangkan pada
tahun 1980an. Sejak tahun 1985, pemasangan SEGS CSP berkapasitas 354 MW di
gurun Mojave, California adalah pembangkit listrik surya terbesar di dunia.
Pembangkit listrik CSP lain meliputi pembangkit listrik tenaga surya Solnova
berkapasitas 150 MW dan pembangkit listrik tenaga surya Andasol berkapasitas
100 MW; keduanya berada di Spanyol. Proyek Surya Agua Caliente berkapasitas 250
MW di Amerika Serikat dan Lahan Surya Charanka berkapasitas 221 MW di India
adalah pembangkit fotovoltaik terbesar di dunia. Proyek surya melebihi 1 GW
sedang dikerjakan, tapi kebanyakan fotovoltaik dipasang di atap-atap dengan
ukuran kapasitas kecil, yakni kurang dari 5 kW, yang terhubung dengan saluran
listrik menggunakan meteran net dan/atau tarif feed-in.
1.
Tenaga surya terpusat
Sistem tenaga surya terpusat (concentrated surya power, CSP)
menggunakan lensa atau cermin dan sistem lacak untuk memfokuskan paparan sinar
matahari yang luas menjadi seberkas cahaya kecil. Seberkas cahaya tersebut
kemudian digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkit listrik konvensional.
Terdapat sejumlah besar teknologi pemusatan; yang paling berkembang adalah
cekungan parabola, pemantul fresnel linear, piringan Stirling, dan menara
tenaga surya. Di sistem-sistem ini, fluida kerja dipanaskan oleh cahaya
matahari yang dipusatkan, dan fluida kerja ini kemudian digunakan untuk
membangkitkan listrik atau sebagai penyimpan energi.
2.
Fotovoltaik
Sel surya, atau sel fotovoltaik, adalah peralatan yang
menggubah cahaya menjadi aliran listrik dengan menggunakan efek fotovoltaik.
Sel fotovoltaik pertama dibuat oleh Charles Fritts pada tahun 1880an. Pada
tahun 1931, seorang insinyur Jerman, Dr. Bruno Lange, membuat sel fotovoltaik
menggunakan perak selenida ketimbang tembaga oksida. Walaupun sel selenium
purwa rupa ini mengubah kurang dari 1% cahaya yang masuk menjadi listrik, Ernst
Werner von Siemens dan James Clerk Maxwell melihat pentingnya penemuan ini.
Dengan mengikuti kerja Russel Ohl pada tahun 1940an, peneliti Gerald Pearson,
Calvin Fuller, dan Daryl Chapin membuat sel surya silikon pada tahun 1954.
Biaya sel surya ini 286 dollar AS per watt dan mencapai efisiensi 4,5 - 6
%.[79] Menjelang tahun 2012, efisiensi yang tersedia melebihi 20% dan efisiensi
maksimum fotovoltaik penelitian melebihi 40%.
3.
Lainnya
Selain tenaga surya terpusat dan fotovoltaik, ada teknik
lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik menggunakan tenaga surya.
Teknik ini meliputi:
·
Sel surya dengan pigmen sensitif
·
Pemusat surya dengan pemendar (sejenis teknologi
pemusatan forovoltaik)
·
Sel surya biohibrid
·
Sistem emisi termionik foton yang ditingkatkan
f.
Produksi
bahan bakar
Proses kimia surya menggunakan energi surya untuk
menjalankan reaksi kimia. Proses ini mengurangi kebutuhan energi yang berasal
dari sumber bahan bakar fosil dan juga dapat mengubah energi surya menjadi
bahan bakar yang dapat disimpan dan dipindahkan. Reaksi kimia yang dipengaruhi
oleh surya dapat digolongkan menjadi termokimia atau fotokimia. Sejumlah besar
bahan bakar dapat diproduksi dengan menggunakan fotosintesis buatan. Kimia
katalisis multielektron yang digunakan untuk membuat bahan bakar dengan dasar
karbon (seperti metanol) dari reduksi karbon dioksida merupakan suatu
tantangan; alternatif yang lebih mudah adalah produksi gas hidrogen dari
proton, namun menggunakan air sebagai sumber elektron (sebagaimana yang
dilakukan tanaman) membutuhkan penguasaan oksidasi multielektron dua molekul air
ke satu molekul oksigen. Beberapa ahli meramalkan akan adanya pabrik bahan
bakar surya di kota besar yang berada di tepi laut menjelang tahun 2050 -
pemecahan molekul air laut untuk menghasilkan gas hidrogen yang digunakan untuk
pembangkit listrik di sekitarnya dan produk samping air murni yang akan
disalurkan untuk kebutuhan air permukiman. Visi yang lain adalah bangunan
buatan manusia menutupi seluruh permukaan Bumi (seperti jalan, kendaraan, dan
bangunan) melakukan fotosintesis lebih efisien dibandingkan tanaman.
Teknologi produksi gas hidrogen telah menjadi sasaran
penting dalam penelitian kimia surya sejak tahun 1970an. Selain elektrolisis
menggunakan fotovoltaik atau sel fotokimia, beberapa proses termokimia juga
dikembangkan. Salah satu proses tersebut menggunakan pemusat surya untuk
memecah molekul air pada temperatur tinggi (2300-2600 °C). Proses yang lain menggunakan
panas dari pemusat surya untuk menghasilkan uap untuk proses reformasi gas
alam, sehingga meningkatkan perolehan gas hidrogen dibandingkan dengan metode
reformasi konvensional. Siklus termokimia yang melibatkan dekomposisi dan
regenerasi reaktan dapat digunakan sebagai alternatif produksi gas hidrogen.
Proses Solzinc yang sedang dikembangkan di Institut Weizmann menggunakan tungku
surya 1 MW untuk dekomposisi seng oksida (ZnO) pada suhu di atas 1200 °C.
Permulaan reaksi membutuhkan seng murni, yang digunakan untuk bereaksi dengan
air dan menghasilkan gas hidrogen.
C.
Metode
penyimpanan energi
Pembangkit
listrik tenaga surya Andasol yang berkapasitas 150 MW adalah pembangkit listrik
termal surya komersil berlokasi di Spanyol yang menggunakan cekungan parabola.
Pembangkit Andasol menggunakan lelehan garam untuk menyimpan energi surya agar
pembangkit tetap dapat memproduksi listrik saat matahari tidak tampak.
Sistem massa termal dapat menyimpan energi surya dalam
bentuk panas pada temperatur yang cocok untuk penggunaan sehari-hari atau
musiman. Sistem penyimpanan panas umumnya menggunakan materi yang sudah
tersedia dengan kapasitas panas tinggi seperti air, tanah, dan batu. Sistem
yang dirancang dengan baik dapat menurunkan kebutuhan puncak, menggeser waktu
penggunaan ke waktu senggang, dan mengurangi kebutuhan pemanasan dan
pendinginan.
Materi ubah fase seperti lilin parafin dan garam Glauber
adalah contoh media penyimpan panas. Media ini tidak mahal, tersedia, dan dapat
menghasilkan temperatur yang cocok untuk penggunaan di rumah (sekitar 64 °C).
Rumah Dover (di Dover, Massachusetts) adalah rumah pertama yang menggunakan
sistem pemanasan garam Glauber pada tahun 1948.
Energi surya dapat disimpan pada temperatur tinggi dengan
menggunakan lelehan garam. Garam adalah media penyimpan yang efektif karena
harganya murah, memiliki kapasitas panas yang tinggi, dan dapat menghasilkan
panas pada temperatur yang cocok dengan sistem pembangkit konvensional. Solar
Two menggunakan metode penyimpanan ini dan dapat menyimpan 1,44 TJ di tangki
penyimpanan sebesar 68 m3 dengan efisiensi penyimpanan tahunan sekitar 99%.
Sistem fotovoltaik yang tidak terhubung dengan saluran
listrik biasanya menggunakan baterei yang bisa diisi ulang untuk menyimpan
listrik berlebih. Dengan sistem yang terhubung dengan saluran listrik, listrik
berlebih dapat dikirimkan ke transmisi listrik. Saat produksi listrik kurang,
listrik dari saluran listrik dapat digunakan. Program meteran net memberikan
kredit untuk rumah tangga yang menyalurkan listrik ke saluran listrik. Hal ini
dilakukan dengan memutar terbalik meteran listrik saat rumah memproduksi lebih
banyak listrik ketimbang menggunakannya. Jika penggunaan netto listrik di bawah
nol, maka kredit yang dihasilkan akan dilimpahkan ke bulan depan. Cara lain
menggunakan dua meteran, satu untuk mengukur listrik yang digunakan, satu lagi
untuk mengukur listrik yang diproduksi. Cara ini tidak umum digunakan karena
biaya tambahan akibat pemasangan meteran listrik kedua. Kebanyakan meteran baku
secara akurat mengukur di kedua arah sehingga meteran kedua tidak diperlukan.
Penyimpanan energi dengan pompa di pembangkit listrik tenaga
air menyimpan energi dalam bentuk potensial ketinggian, yaitu dengan memompa
air dari tempat rendah ke tempat tinggi. Energi dapat diambil kembali saat
dibutuhkan dengan mengalirkan air ke pembangkit listrik.
D.
Perkembangan,
penggunaan, dan ekonomi
Dimulai dengan penggunaan batubara besar-besaran selama
Revolusi Industri, konsumsi energi secara berangsur berubah dari menggunakan
kayu dan biomassa menjadi bahan bakar fosil. Perkembangan awal teknologi surya
dimulai pada tahun 1860an yang didorong oleh perkiraan bahwa persediaan batu
bara akan menipis. Namun, perkembangan teknologi surya berhenti pada awal abad
ke 20 dikarenakan meningkatnya persediaan, nilai ekonomis, dan kegunaan
batubara dan minyak bumi.
Embargo minyak pada tahun 1973 dan krisis energi pada tahun
1979 menyebabkan perubahan kebijakan energi di dunia dan teknologi surya kembali
dilirik. Strategi pemasangan difokuskan pada program insentif seperti program
pengunaan fotovoltaik di Amerika Serikat dan program Sunshine di Jepang. Usaha
lain yang dilakukan meliputi pembentukan fasilitas riset di Amerika Serikat
(SERI, sekarang NREL), Jepang (NEDO), dan Jerman (Institut Fraunhofer untuk
sistem energi surya).
Pemanas air surya komersil mulai dipasarkan di Amerika
Serikat pada tahun 1890an. Penggunaan pemanas ini meningkat sampai dengan tahun
1920 tapi kemudian digantikan oleh pemanas berbahan bakar yang lebih murah dan
diandalkan. Seperti fotovoltaik, pemanas air surya kembali dilirik setalah
krisis minyak tahun 1970, namun permintaan menurun pada tahun 1980an
dikarenakan menurunnya harga minyak Bumi. Perkembangan pemanasan air surya
berkembang secara berangsur selama tahun 1990an dan laju pertumbuhan sekitar
20% per tahun sejak 1999. Walaupun umumnya diremehkan, pemanas dan pendingin
air surya adalah teknologi surya yang paling banyak digunakan dengan perkiraan
kapasitas 154 GW pada tahun 2007.
Badan Energi Internasional mengatakan energi surya dapat
membantu menyelesaikan permasalahan penting dunia:
Perkembangan
teknologi energi surya yang terjangkau, tidak habis, dan bersih akan memberikan
keuntungan jangka panjang yang besar. Perkembangan ini akan meningkatkan keamanan
energi negara-negara melalui pemanfaatan sumber energi yang sudah ada, tidak
habis, dan tidak tergantung pada impor, meningkatkan kesinambungan, mengurangi
polusi, mengurangi biaya mitigasi perubahan iklim, dan menjaga harga bahan
bakar fosil tetap rendah dari sebelumnya. Keuntungan-keuntungan ini berlaku
global. Oleh sebab itu, biaya insentif tambahan untuk pengembangan awal
selayaknya dianggap sebagai investasi untuk pembelajaran; inventasi ini harus
digunakan secara bijak dan perlu dibagi bersama.
Pada tahun 2011, Badan Energi Internasional mengatakan
teknologi energi surya seperti papan fotovoltaik, pemanas air surya, dan
pembangkit listrik dengan cermin dapat menyediakan sepertiga energi dunia pada
tahun 2060 jika politikus mau mengatasi perubahan iklim. Energi dari matahari
dapat memainkan peran penting dalam de-karbonisasi ekonomi global bersamaan
dengan pengembangan efisiensi energi dan menerapkan biaya pada produsen gas
rumah kaca. "Kekuatan dari teknologi surya adalah varietasnya yang luas
dan fleksibilitas dari aplikasinya, mulai dari skala kecil hingga ke skala
besar".
Bersumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
0 Komentar